Ramai Perusahaan Pecat Gen Z, Anggota DPR Verrell Bramasta Dorong Pendidikan Vokasi
Diperbarui:2024-11-02 11:28 Jumlah Klik:53Belakangan ini ramai kabar seputar perusahaan yang mudah memecat karyawannya yang termasuk Generasi Z atau Gen Z. Beberapa perusahaan menyebut bahwa pekerja Gen Z mempunyai reputasi yang kurang baik.
Hal tersebut kemudian disorot oleh Anggota Komisi X DPR Verrell Bramasta. Ia memandang fenomena ini harus dijadikan dorongan bagi Gen Z untuk melebarkan karyanya di tengah zaman yang penuh ketidakpastian.
"Generasi muda, termasuk milenial dan Gen Z memiliki potensi yang luar biasa dengan berbagai inovasi dan kreativitasnya. Sehingga perlu adanya dukungan penuh untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri generasi muda," ujar Verrell dalam keterangan resminya, Rabu (30/10/2024).
Baca juga: Minat & Kesadaran Gen Z terhadap Isu Lingkungan Ternyata Tinggi, Tapi...Baca juga: Infografis: Viral 'Jam Koma Gen Z', Apa Arti dan Penyebabnya?Dorong Pemerintah Perbanyak Program VokasiOleh karena itu, Verrell mendorong pemerintah dan sektor lainnya untuk memperbanyak program vokasi untuk anak muda. Harapannya, tidak semua anak muda hanya bergantung pada pekerjaan di jalur formal tapi juga non formal.
"Kemajuan zaman menuntut generasi muda untuk semakin kompetitif, sehingga pemuda/pemudi Indonesia harus punya kelebihan skill di luar akademik agar tidak kalah dengan AI dan bisa bersaing baik di sektor formal dan non-formal," kata Verrell.
Menurutnya, pendidikan vokasi akan memberikan pelajar pemahaman praktik, tak cuma teori. Tentunya kemampuan dalam praktik lebih sesuai dengan kebutuhan industri.
"Sudah banyak sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang menginisiasi program vokasi untuk para murid maupun mahasiswanya. Ini harus ditingkatkan karena terbukti sudah banyak generasi muda kita yang memanfaatkan skill di luar bidang akademik untuk berkarya," katanya.
Khususnya bagi Gen Z, Verrell melihat pendidikan vokasi akan cocok bagi mereka dalam memberi ruang dalam berekspresi. Dengan begitu, ia bersama DPR siap untuk mendukung program kerja pemerintah baru yang bisa berdampak bagi Gen Z.
"Saat ini ada banyak peluang di sektor non-formal yang bisa dimanfaatkan oleh generasi muda. Kesempatan ini yang harus diambil oleh kita sebagai anak muda. Pendidikan vokasi juga bisa menjadi salah satu sarana pemberdayaan bagi Gen Z," tambahnya.
Manfaatkan Teknologi untuk BerkaryaKepada para Gen Z, Verrell juga menyarankan untuk terus menghasilkan karya sesuai bidangnya. Ia melihat saat ini telah banyak platform digital yang bisa mewadahi karya-karya anak muda.
"Generasi muda bisa memanfaatkan dunia digital untuk berbagai hal yang harus dilakukan pada ranah positif, sehingga mendapatkan hasil dari dunia digital. Jadi peluang bagi anak muda saat ini lebih luas, tidak terbatas pada ranah tradisional saja," ungkapnya.
Selain itu, Verrell juga menekankan agar anak muda bisa terus mengeksplor bakatnya. Baik dalam bidang seni, olahraga, akademik, kewirausahaan, dan sebagainya.
"Generasi muda memiliki banyak peluang dengan mengeksplor kemampuan diri melebihi yang mereka pikirkan. Kita bisa lihat banyak entrepreneur yang berhasil dari kalangan generasi muda," terangnya.
Mengutip Euronews, sebuah survei dilakukan kepada 1.000 manajer yang mempunyai karyawan perusahan 20 tahunan. Satu dari enam manajer di perusahaan mengaku bahwa alasan pemecatan Gen Z dikarenakan reputasi mereka yang kurang baik.
Adapun alasan paling menonjol yang diungkap dari data yakni bahwa Gen Z kurang memiliki motivasi dan inisiatif dalam bekerja (50%). Kemudian, alasan kedua adalah kurang profesional (42%).
Kemudian, Gen Z juga disebut kurang dalam kemampuan organisasinya (42%). Begitu juga dalam hal pengalaman kerja, Gen Z disebut masih kurang dan kemampuan teknisnya tidak efisien.
Adapun data dari Nielsen IQ dan World Data Lab melaporkan bahwa Gen Z dan generasi milenial saat ini menyumbang masing-masing 17,1 persen dan 22,5 persen dari total pengeluaran global pada 2024 senilai US$ 57,6 triliun atau setara Rp 872 kuadriliun.
Dengan demikian, Gen Z mempunyai potensi sebagai penggerak ekonomi. Pasalnya, mereka mempunyai kebiasaan doom spending atau berbelanja secara impulsif.
Video Suswono Pede Anak Muda Jakarta Kreatif, Janji Beri Akses Permodalan- Sebelumnya:Tidak ada lagi
- Selanjutnya:Keluh Petani Aturan Kemasan Rokok Polos Bikin Harga Jual Tembakau Ambruk