Zona Gempa Megathrust RI, BMKG: Bukan Peringatan Dini tapi Imbauan Mitigasi
Diperbarui:2024-11-28 23:10 Jumlah Klik:156Isu gempa megathrust yang tinggal tunggu waktu terjadi di Indonesia sempat menghebohkan publik beberapa waktu lalu. Hal ini awalnya disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Agustus 2024 lalu.
Kala itu dunia juga dihebohkan dengan peristiwa gempa yang mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang berkekuatan M 7,1. Gempa ini memicu tsunami kecil yang akhirnya menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan termasuk Indonesia.
Meskipun begitu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, memastikan bila gempa di Jepang tidak ada kaitannya secara langsung dengan potensi gempa megathrust di Indonesia. Tetapi pihaknya mengingatkan kembali bila Indonesia juga memiliki potensi gempa serupa yakni zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
"Peristiwa semacam ini (Gempa Jepang) menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," ungkap Daryono dikutip dari rilis BMKG, Selasa (26/11/2024).
Baca juga: Apa Itu Gempa Megathrust? Ini Pengertian dan Potensinya di IndonesiaBaca juga: Pemkot Bogor Keluarkan Edaran Mitigasi Gempa Megathrust, Cek Lengkapnya di Sini!Bukan Peringatan Dini tapi Imbauan MitigasiZona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai BMKG dan para ahli telah menjadi zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa besar sewaktu-waktu.
Bila dibandingkan dengan gempa di Tunjaman Nakai Jepang yang memiliki usia seismic gap 78 tahun, usia seismic gap di Selat Sunda adalah 267 tahun dan Mentawai-Siberut 227 tahun. Artinya umur menyimpan energi gempa yang perlu diperhatikan.
Narasi "tinggal menunggu waktu" yang mengiringi isu gempa megathrust dijelaskan Daryono bukanlah bentuk peringatan dini, seolah-olah dalam waktu dekat gempa akan terjadi. Tetapi imbauan agar Indonesia lebih serius dalam menyiapkan upaya mitigasi.
"Informasi potensi gempa megathrust yang berkembang bukanlah prediksi atau peringatan dini. (dengan umur) kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tandasnya.
Selaras dengan Daryono, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyebut gempa megathrust terus dibahas agar masyarakat bersiap menghadapi efeknya di masa depan. Sehingga mitigasi bisa segera dilakukan.
"Tujuannya adalah untuk 'ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana). Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan," ujar Dwikorita, dikutip dari CNBC Indonesia.
Zona Megathrust di IndonesiaTidak hanya Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, Indonesia memiliki 16 zona megathrust. Mengutip arsip detikEdu, zona megathrust di Indonesia berada di zona subduksi aktif.
Mulai dari Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, hingga Subduksi Utara Papua.
Zona subduksi aktif tersebut dibagi menjadi beberapa segmentasi sumber gempa zona megathrust. Melansir dari 'Peta Sumber dan Bahaya Gempa' oleh Pusat Studi Gempa Nasional tahun 2017, berikut ini zona megathrust di Indonesia dan potensi maksimal besaran gempanya:
Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)Megathrust Nias-Simeulue (M 8,9)Megathrust Batu (M 8,2)Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)Megathrust Enggano (M 8,8)Megathrust Selat Sunda-Banten (SSB) (M 8,8)Megathrust Jawa Barat (M 8,8)Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur (M 8,9)Megathrust Bali (M 9,0)Megathrust NTB (M 8,9)Megathrust NTT (M 8,7)Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2) Poin-poin Klarifikasi BMKG Terkait Potensi Gempa Megathrust